Kamis, 29 Juli 2010

Ikhlas itu,,,,,

Bila ditanya....
Ikhlas tidak? maka jawabannya ikhlas....
Tetapi benarkah yang diucapkan
Datangnya dari hati atau hanya polesan dibibir

Ikhlas selalu terucap dari lidah kita
Tanpa tahu apakah ikhlas itu

Ikhlas itu,,,,,,
Menerima yang terjadi dengan lapang dada
ikhlas itu,,,,,,
memberi tanpa mengharap untuk diberi

Ikhlas itu,,,,,,
Menerima tanpa rasa jengkel di hati
Ikhlas itu,,,,,,
Memberi tanpa mengungkit

Ikhlas itu,,,,,,
Tanpa mengeluh
Ikhlas itu,,,,,
Tanpa kesah

Ikhlas itu,,,,,
Hanya menginginkan ridho Allah
Ikhlas itu,,,,,
Hanya untuk Allah

Ihklas itu,,,,,
Diam penuh syukur
Ikhlas itu,,,,,
Diam penuh sabar

Ikhlas itu,,,,,,
Kehilangan lalu ridho
Ikhlas itu,,,,,,
Mendapatkan sedikit lalu ridho

Ikhlas itu,,,,,
Syukur.......
Sabar........
dan
Ridho........

Ikhlas itu
Tak terbatas
Ruang dan Waktu

Dimanapun,kapanpun
Dari awal sampai akhir
Ikhlas menjadi sahabat kita dalam mengarungi
Bahtera kehidupan di alam fana ini

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa ikhlas

Senin, 12 Juli 2010

MENDAHULUKAN SAUDARA

Membantu orang lain yang kesusahan disaat kita juga sedang membutuhkan rasanya memang sulit. Tetapi disitulah letak pahala yang besar, asal dibarengi dengan niat yang ikhlas. Terkadang kita egois, “saya aja masih butuh, gimana mau membantu? Lebih baik saya selesaikan dulu kebutuhan saya baru membantu orang lain…” seperti itulah kira-kira kalau kita diminta pertolongan oleh saudara atau teman dan tetangga. Manusiawi memang sebagai makhluk individu kita memiliki sifat seperti itu mendahulukan kepentingan kita baru kepentingan orang lain. Tetapi lebih tidak manusiawi ketika ada saudara yang sangat-sangat membutuhkan pertolongan kita namun kita mengabaikan begitu saja tanpa ada rasa iba. Dimana letak rasa kemanusiaan kita jika kita menolak, yah kita memang harus bijak. Kita harus punya skala prioritas, jika kebutuhan saudara kita itu lebih banyak manfaat untuk dirinya maka kita harus mendahulukannya. Tetapi jika banyak mudharatnya lebih baik jangan.Mendahulukan kebutuhan saudara kita daripada kebutuhan kita sendiri itu disebut itsar. Untuk berlaku itsar itu sangatlah sulit. Banyak kisah tentang itsar yang dipraktekkan di zaman Rasul dan para sahabat, yang mungkin bisa menjadi teladan buat kita.


Sungguh berbeda dengan para Nabi, Rasul dan sahabat. Mereka mempunyai rasa itsar yang luar biasa, bukan hanya harta benda yang mereka berikan kepada saudaranya bahkan istri merekapun rela mereka berikan kepada saudaranya yang lain. Tetapi sungguh saudara yang ditawarkan juga mempunyai rasa........


Yang menjadi pertanyaan ikhlaskah kita ketika memberikan sesuatu atau pertolongan kepada saudara kita? Hal ini yang masih sulit untuk dipraktekkan, mungkin kalau memberi saja gampang,,, apakah kita tidak akan mengungkitnya? Nah itu yang sulit untuk dijawab, karena biasanya kalau kita memberi pertolongan atau sesuatu kepada saudara kita maka kita sering mengungkitnya ”kalau bukan karena pertolongan saya tidak mungin dia bisa sukses seperti sekarang...” atau itu kan mobil yang saya pinjamkan kemaren, kalau saya pinjemin gak bakal dia bisa berangkat ke rumah orangtuanya yang sedang sekarat....” dan masih banyak lagi kata pedas yang menyakitkan.


Mendahulukan saudara memang sulit apalagi disaat kita sedang membutuhkan. Kita pasti mendahulukan kepentingan kita dahulu tidak perduli bagaimana kondisi saudara kita. Mendahulukan saudara diatas kepentingan kita (itsar) memiliki pahala yang besar karena pengorbanannya juga besar. Bayangkan kita mengorbankan kepentingan kita demi saudara yang kita cintai karena Allah tentunya. Bukankah itu hal yang sangat sulit wajar bila ganjaran pahalanya juga besar. Pengorbanan yang besar akan mendapatkan pahala yang besar pula jika dibarengi dengan keikhlasan hanya karena Allah semata. Semakin besar pengorbanan yang kita berikan maka semakin besar pula pahalanya. Semakin sulit situasi yang kita hadapi maka semakinbesar pula ganjaran pahalanya.

Rabu, 07 Juli 2010

SYUKURI APA YANG ADA

Manusia biasanya mensyukuri nikmat yang besar yang baru saja didapatkannya, tetapi cenderung melupakan nikmat yang sudah tersedia. Manusia lebih menghargai nikmat berupa materi belaka seperti kendaraan, rumah yang mewah beserta isinya, ponsel yang mahal dan banyak lagi materi-materi lainnya. Mereka lupa bahwa nikmat yang berupa non materi itu juga patut dihargai dan disyukuri. Kesehatan, kesempurnaan tubuh, pendengaran dan penglihatan yang tajam, anak-anak yang sholih dan sholihah, suami yang sholih, istri yang sholihah, hati yang selalu tunduk kepada Allah, bahkan nikmat Iman dan Islam yang dirasakan oleh kita saat ini adalah merupakan nikmat yang tak ternilai dengan materi.

Apa jadinya ketika mata menjadi buta atau telinga menjadi tuli, maka harta benda tidaklah berarti buat kita. Orang buta tidak membutuhkan ponsel yang mewah atau kendaraan yang lux karena mereka tidak bisa melihat, mereka tidak mampu mengendarainya dan mereka tidak bisa menikmatinya. Mereka hanya butuh kesembuhan dari kebutaannya, mereka berani berkorban menghabiskan uangnya untuk kesembuhannya bahkan harta benda yang dipuja-puja rela dilepaskan demi kesembuhannya. Betapa berharganya sebuah mata melebihi kendaraan dan rumah yang mewah, ponsel yang mahal. Manusia lalai dari bersyukur kepada Allah, mereka selalu meminta nikmat yang belum diberi tetapi melupakan nikmat yang sudah diberi yang nilainya melebihi materi yang mereka harapkan. Hanya sebuah bola mata, bagaimana jika seluruh tubuh kita mengalami cacat. Maka harta tidak lagi berharga.

Sekecil apapun nikmat yang diberi dan dirasakan oleh kita itu merupakan nikmat yang luar biasa yang patut kita syukuri. Diberi mata yang dapat melihat, pendengaran yang sempurna dan tubuh yang tanpa cacat maka syukurilah.... karena banyak saudara-saidara kita yang matanya buta, telinganya tuli dan tubuhnya kurang sempurna. Mereka yang kurang sempurna saja mau bersyukur apalagi kita yang diberi kesempurnaan tubuh. Harusnya lebih dari sekedar bersyukur dan harusnya kita malu pada saudara-saudara kita yang diberi kekurangan secara fisik tapi mereka mempunyai kemampuan melebihi kita yang mempunyai fisik yang lengkap. Kita berkaca kepada mereka, agar kita senantiasa bersyukur jangan selalu berkaca pada yang lebih diatas kita karena kita akan kufur nikmat.

Ini hanya sebuah renungan bagi kita yang selalu saja bertanya kepada Allah... Kenapa saya belum diberi mobil? Rumah? Anak? dan harta benda lainnya yang bersifat keduniawian. Bukan berarti kita tidak butuh dunia... kita butuh tapi tujuan dunia kita adalah akhirat semata... hanya Allah semata....

Senin, 05 Juli 2010

Jangan Menyerah.... Semangat!

Hidup penuh dengan ujian, belum selesai ujian yang satu datang lagi ujian yang lain. Bila tidak sabar dalam menghadapinya maka stres akan menghampiri. Banyak saudara-saudara kita yang menjadi stres gara-gara tidak bisa lulus ujian UN bahkan sampai nekat bunuh diri, caleg yang tidak terpilih menjadi gila dan masuk rumah sakit jiwa, kepala daerah yang tidak terpilih juga ikut-ikutan stres gara-gara hartanya ludes untuk ikut pemilihan. Saudara-saudara kita yang mengalami banyak kegagalan dalam bisnisnya, pendidikannya, kehidupannya secara menyeluruh janganlah putus asa, karena Allah membenci orang yang putus asa dan orang yang putus asa jauh dari Rahmat Allah. Kekuatan imanlah yang menjadi pondasi bagi seseorang untuk menghadapi berbagai ujian yang menimpa kita. Yakinlah segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dan diri kita adalah atas sepengetahuan Allah dan atas kehendak-Nya pula. Jadi janganlah bersedih "la tahzan innallaha ma'ana......"

TERUS BERJUANG JANGAN MENYERAH DAN TETAP SEMANGAT!!!!
Jangan menyerah... hadapi setiap ujian dengan kesabaran dan keikhlasan. Kita harus menjadi manusia yang tahan banting, manusia yang tidak pernah patah semangat. Jadikan Allah sebagai tujuan kita dalam mengambil keputusan dan jadikan Rasulullah sebagai teladan. Bila tujuan dan motivasi kita hanya ALLAH maka setiap langkah kita menjadi ringan walaupun mungkin ujian itu begitu berat. Jadikan ALLAH sebagai penyemangat kita.... ALLAHUAKBAR!!!!! .
Allah swt berfirman :“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS. 12 : 87). Allah SWT juga mencela orang yang cepat berputus asa dengan firman-Nya, “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan” (QS. 41 : 49). “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih” (QS 11 : 9).

Manusia selalu berputus asa dari Rahmat Allah, padahal begitu banyak nikmat_Nya yang dilimpahkan kepada kita. Hanya sedikit saja nikmat tersebut dicabut dari manusia, tetapi manusia langsung saja putus asa dan tidak berterimakasih terhadap nikmat lain yang masih dirasakannya. Bila lautan menjadi tinta maka tidak cukup untuk menuliskan nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Kita masih diberi kesempurnaan tubuh, pendengaran, penglihatan yang sempurna, coba bayangkan bila telinga kita tuli mata kita buta apakah kita masih bisa mendengarkan indahnya suara lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang mendayu atau melihat indahnya bunga yang berwarna-warni. Sungguh tidak mungkin.... maka bersyukurlah dan berterimaksihlah kepada sang pencipta atas nikmat kesempurnaan pendengaran dan penglihatan. Walau mungkin ada nikmatnya yang lain yang telah dicabut oleh_Nya dari kehidupan kita.

Jauhkan kata putus asa dari kehidupan kita, karena itu virus yang sangat berbahaya yang akan melemahkan semangat kita. Putus asa akan menimbulkan akibat buruk bagi kita dan orang-orang di sekitar kita. Putus asa mudah menyebar ke sekeliling kita, jadi jangan membawa virus ini dan jangan menularkannya ke orang lain. yakinlah setelah kesulitan pasti ada kemudahan.. .