Selasa, 03 Juli 2012

Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan melalui PTT


PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DAN PENDAPATAN MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KECAMATAN TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG
Zahara dan Nasriati

ABSTRAK
Peningkatan produktivitas dan produksi pangan diharapkan mampu mengatasi ancaman krisis pangan. Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas padi di Indonesia melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Perpaduan dari berbagai komponen teknologi yang dirakit dan disesuaikan dengan kondisi lokasi tertentu diharapkan menghasilkan produksi yang tinggi. Salah satu komponen teknologi yang diterapkan di SLPTT padi adalah varietas unggul baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas padi, kelayakan usaha dan peningkatan pendapatan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Penelitian dilaksanakan di lokasi SLPTT Kabupaten Tulang Bawang Barat Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai dengan September 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demplot di lokasi LL menggunakan pendekatan PTT. Varietas yang diuji pada demplot yaitu Inpari 4, Inpari 7, Inpari 9 dan Cigelis. Varietas kontrol yang digunakan pada kajian ini yaitu Varietas Ciherang. Data yang dikumpulkan antara lain produksi, biaya produksi meliputi benih padi, pupuk, dan biaya tenaga kerja. Produksi padi yang dihasilkan merupakan produksi ubinan. Pendapatan usahatani dapat dihitung menggunakan rumus : P = TR – TC. Untuk mengetahui kelayakan dan keberhasilan usahatani digunakan analisis rasio pendapatan dan biaya (R/C rasio). Hasil penelitian menunjukkan produktivitas meningkat untuk uji VUB yaitu Inpari 4 sebesar 3.100 kg/ha (10,71 %), Inpari 7 sebesar 3.300 kg/ha (17,86 %), Inpari 9 sebesar 3.600 kg/ha (28,57 %) dan Cigelis sebesar 3.000 kg/ha (7,14 %) sedangkan varietas Ciherang sebagai pembanding hanya mencapai 2.800 kg/ha. Pendapatan meningkat untuk uji VUB yaitu Inpari 4 sebesar Rp. 4.030.000,-/ha (164,26 %), Inpari 7 sebesar Rp. 4.530.000,-/Ha (197,05 %), Inpari 9 sebesar Rp. 5.280.000,-/ha (246,23 %) dan Cigelis sebesar Rp. 3.780.000,-/ha (147,87 %) sedangkan varietas Ciherang sebagai pembanding hanya sebesar Rp. 1.525.000,-/ha. Usahatani padi untuk uji VUB layak diusahakan karena nilai R/C rasio > 1 yaitu Inpari 4 sebesar 1,08, Inpari 7 sebesar 1,22, Inpari 9 sebesar 1,42 dan Cigelis sebesar 1,02.
Kata kunci : PTT, produktivitas, pendapatan, kelayakan usaha
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk indonesia mencapai 237 juta jiwa pada tahun 2010 dan pada Tahun sebelumnya mencapai 231 juta jiwa (BPS,2009).  Kondisi ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia selalu bertambah setiap tahunnya. Sejalan dengan pertambahan penduduk maka kebutuhan akan pangan meningkat pula. Pertambahan penduduk  bila tidak dibarengi dengan pertambahan stok pangan maka akan terjadi krisis pangan. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah, namun tidak menjamin kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dengan selalu terjadi kekurangan stok pangan dan harus mengimpor dari luar, tahun ini Indonesia berencana akan kembali mengimpor beras sebesar 1,75 juta ton. Jika ini terealisasi, maka Indonesia merupakan importir beras terbesar kedua di dunia. Beberapa komoditas pangan utama yang diimpor yaitu kedelai (70 persen), garam (50 persen), daging sapi (23 persen), dan jagung (11,23 persen) (VOANews.com,2011). Ketergantungan Indonesia yang besar terhadap impor sejumlah komoditas pangan utama menyebabkan Indonesia terancam menghadapi krisis pangan. Demikian menurut Direktur Riset Institute for Development of Economics of Finance (Indef), Evi Noor Afifah (VOANews.com,2011). Indikator ancaman krisis pangan ini juga tergambar dari daya beli masyarakat yang terus tergerus akibat lonjakan harga. Saat ini sejumlah komoditas pangan seperti beras, minyak goreng, cabe, tahu, tempe, daging sapi dan daging ayam terus mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Gagal panen akibat pergantian cuaca yang ekstrim merupakan penyebab pemerintah melakukan impor beras.
Swasembada beras masih menjadi fokus utama pemerintah dalam rangka menghadapi ancaman krisis pangan. Peningkatan produktivitas dan produksi pangan diharapkan mampu mengatasi ancaman krisis pangan. Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas padi di Indonesia adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Perpaduan dari berbagai komponen teknologi yang dirakit dan disesuaikan dengan kondisi lokasi tertentu diharapkan menghasilkan produksi yang tinggi. Tindakan PTT merupakan good agronomic practices  yang meliputi : (a) penentuan pilihan komoditas adaptif sesuai agroklimat dan musim tanam, (b) varietas unggul adaptif dan benih bermutu tinggi, (c) pengelolaan tanah, air, hara dan tanaman secara optimal, (d) pengendalian hama penyakit secara terpadu, dan (e) penanganan panen dan pasca panen secara tepat (Sumarno dan Suyamto, 2000).  Salah satu komponen teknologi yang diterapkan di SLPTT padi adalah varietas unggul baru. Ada berbagai varietas yang dikenalkan dan diterapkan dalam SLPTT padi diantaranya yaitu Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7, Inpari 9, Cigeulis. SLPTT dilaksanakan di hamparan sawah seluas 25 Ha, 24 ha untuk SLPTT dan 1 ha untuk Laboratorium Lapang (LL).
Pada tahun 2010 Kabupaten Tulang Bawang Barat melaksanakan SLPTT padi seluas 2500 ha yang teridiri dari SL (sekolah lapang) padi inbrida sebanyak 88 unit dan padi hibrida 12 unit. Untuk memudahkan penerapan teknologi model PTT pada setiap unit SL-PTT dibentuk 1 unit LL (Laboratorium Lapang). LL merupakan kawasan yang berada dalam areal SL-PTT yang berfungsi sebagai areal percontohan (demplot) bagi petani peserta SL-PTT (Deptan, 2008). Untuk LL disediakan sarana produksi berupa benih unggul dan pupuk. SL-PTT di Kabupaten Tulang Bawang Barat dilaksanakan di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tulang Bawang Udik dan Tumijajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas padi, kelayakan usaha dan peningkatan pendapatan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di lokasi SLPTT Kabupaten Tulang Bawang Barat Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Uji VUB dilaksanakan di 6 (enam) desa yaitu Tunas Asri, Wono Kerto, Candra Kencana, Mulya Jaya, Pulung Kencana dan Panaragan. Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai dengan September 2010.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demplot di lokasi LL menggunakan pendekatan PTT. Teknologi yang diterapkan yitu penggunaan  VUB, pupuk sesuai dengan Peraturan Meneri Pertanian Nomor : Permenten/OT.104/4/2007, sistem tanam jejer legowo. Varietas yang diuji pada demplot yaitu Inpari 4, Inpari 7, Inpari 9 dan Cigelis. Varietas kontrol yang digunakan pada kajian ini yaitu Varietas Ciherang. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data yang dikumpulkan antara lain produksi, biaya produksi meliputi benih padi, pupuk, dan biaya tenaga kerja. Produksi padi yang dihasilkan merupakan produksi ubinan. Pendapatan usahatani dapat dihitung menggunakan rumus :P = TR – TC
dimana :   P  = Pendapatan bersih usahatani (Rp)
    TR  = Total penerimaan usahatani (Rp)
     TC  = Total Biaya (Rp)
Untuk mengetahui kelayakan dan keberhasilan usahatani digunakan analisis rasio pendapatan dan biaya (R/C rasio). Analisis kelayakan usahatani dihitung menggunakan rumus:
     R/C  = TP/BT(Rasio atas biaya total)
Keterangan : TP = Total penerimaan usahatani (Rp)
         BT = Biaya total (Rp)
Jika :                R/C > 1, maka dikatakan usahatani layak
                        R/C < 1, maka dikatakan usahatani tidak layak
                        R/C = 1, maka dikatakan usahatani impas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan SLPTT bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi dengan menguji Varietas Unggul Baru (VUB). Dalam penelitian ini varietas unggul yang diuji pada lokasi SLPTT yaitu Varietas Inpari 4, Inpari 7, Inpari 9 dan Cigelis sedangkan pada lokasi non SLPTT Varietas Ciherang sebagai varietas pembanding. Produktivitas padi dari masing-masing varietas yang diuji dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Prosentase peningkatan produktivitas dan pendapatan petani padi pada lokasi
  SLPTT padi di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang.

No
Uraian
 Lokasi SLPTT
Lokasi Non SLPTT
Inpari 4
Inpari 7
Inpari 9
Cigelis
Ciherang
1
Produktivitas (kg/ha)
3.100
3.300
3.600
3.000
2.800
2
Prosentase peningkatan (%)
10,71
17,86
28,57
7,14
-
3
Pendapatan bersih (Rp/ha)
4.030.000
4.530.000
5.280.000
3.780.000
1.525.000
4
Peningkatan pendapatan (%)
164,26
197,05
246,23
147,87
-

Dari Tabel 1 terlihat bahwa produktivitas padi pada lokasi SLPTT lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas padi pada lokasi non SLPTT. Hal menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produktivitas padi pada lokasi SLPTT. Produksi tertinggi dicapai oleh oleh varietas Inpari 9 sebesar 3.600 kg/ha atau meningkat sebesar 28,57 %. Menurut Suprihatno et al (2009), bahwa potensi hasil varietas Inpari 9 adalah 9,3 ton/ha dan rata-rata hasil 6,41 ton/ha. Selain itu varietas Inpari 9 memiliki bentuk tanaman tegak, agak tahan penyakit hawar daun bakteri ras III dan agak tahan penyakit tungro inokulum no. 013. Selanjutnya diikuti oleh varietas Inpari 7 sebesar 3.300 kg/ha atau meningkat sebesar 17,86 %, varietas Inpari 4 sebesar 3.100 kg/ha atau sebesar 10,71 % dan varietas Cigelis sebesar 3.000 kg/ha atau naik sebesar 7,14 %. Keempat varietas yang diuji pada lokasi SLPTT memiliki produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan varietas Ciherang pada lokasi non SLPTT yang hanya mencapai 2.800 kg/ha. Perbedaan ini disebabkan pada lokasi SLPTT diterapkan komponen teknologi berupa Varietas Unggul Baru (VUB) yaitu Inpari 4, Inpari 7, Inpari 9 dan Cigelis. Selain itu juga menggunakan pemupukan berimabang menggunakan Bagan warna Daun (BWD) dan sistem tanam legowo.
Menurut Peng (1994), Potensi hasil padi tipe baru dapat mencapai 30-50% lebih tinggi daripada varietas yang ada, pada lingkungan yang sesuai di daerah tropis. Namun pada penelitian ini peningkatan hasil tidak mencapai 30 %, hal ini disebabkan tanaman terserang hama penyakit blast, keong mas dan tikus, banyaknya hama tikus disebabkan lokasi uji varietas yang berdekatan dengan tanaman karet. Selain itu kondisi iklim yang ekstrim juga menjadi penyebab hasil tidak maksimal. Tetapi tetap saja mengalami kenaikan produktivitas bila dibandingkan dengan varietas Ciherang yang biasa ditanam oleh petani walaupun kenaikannya tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian Zaini (2008) menyimpulkan bahwa dengan pendekatan Pengelolaan tanaman Terpadu (PTT) yang menggunakan varietas padi inbrida mampu berproduksi 6,49 ton GKG/ha. Peningkatan  produktivitas padi di lokasi SLPTT juga disebabkan karena penggunaan sistem tanam jejer legowo.  Dengan sistem tanam jejer legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir tanaman yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). Dengan adanya barisan kosong (legowo), penyerapan nutrisi oleh akar menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Setyanto dan Kartikawati,  2008).  System tanam jejer legowo lebih menguntungkan karena tanaman tidak saling berebut makanan, sehingga akar dalam setiap rumpun padi memperoleh nutrisi yang optimal yang dapat memacu pertumbuhan tanaman dan juga produksi.
Pendapatan varietas Inpari 9 meningkat sebesar 246,23 %, dilanjutkan dengan varietas Inpari 7  naik sebesar 197,05 %, varietas Inpari 4 naik sebesar 164,26 % dan varietas Cigelis  naik sebesar 7,14 %. Produktivitas yang tinggi diikuti dengan pendapatan yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan tujuan SLPTT yaitu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani sehingga mampu meningkatkan pendapatan.
Penerimaan merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani padi diperoleh dari nilai produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan usahatani diperoleh dari penerimaan rata-rata dikurangi dengan biaya pengeluaran rata-rata. Biaya usahatani merupakan penggunaan faktor-faktor produksi pada proses usahatani padi. Pendapatan rata-rata petani peserta SLPTT dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.  Analisis usahatani padi pada lokasi SLPTT dan non SLPTT Kecamatan   
             Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang.
No
Uraian
Lokasi SLPTT
Lokasi Non SLPTT
Inpari 4
Inpari 7
Inpari 9
Cigelis
Ciherang
1
Biaya Usahatani






-  Benih
160.000
160.000
160.000
160.000
160.000

-  Pupuk Urea
170.000
170.000
170.000
170.000
255.000

-  Pupuk Ponska
540.000
540.000
540.000
540.000
810.000

-   Tenaga Kerja
2.850.000
2.850.000
2.850.000
2.850.000
2.850.000

Total Biaya Usahatani
3.720.000
3.720.000
3.720.000
3.720.000
4.050.000
2
Penerimaan






-  Produksi GKP (kg)
3.100
3.300
3.600
3.000
2.800

-  Harga Jual (Rp/kg)
2.500
2.500
2.500
2.500
2.000

-  Nilai Produksi
7.750.000
8.250.000
9.000.000
7.500.000
5.600.000
3
Pendapatan
4.030.000
4.530.000
5.280.000
3.780.000
1.550.000
R/C rasio
1,08
1,22
1,42
1,02
0.38

            Tabel 2 menunjukkan produksi padi pada lokasi SLPTT lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi non SLPTT. Penerimaan tertinggi diperoleh varietas Inpari 9 sebesar Rp. 9.000.000/ha, diikuti varietas Inpari 7 sebesar Rp. 8.250.000,-/ha, varietas Inpari 4 sebesar Rp. 7.750.000,-/ha dan Cigelis sebesar Rp. 7.500.000,-/ha.  Penerimaan total diperoleh dari pengalian antara harga dan produksi. Penerimaan total dikurangi biaya maka diperoleh pendapatan bersih. Peningkatan produksi secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan. Pendapatan tertinggi dicapai oleh varietas Inpari 9 sebesar 5.280.000/ha, diikuti dengan varietas Inpari 7 sebesar Rp. 4.530.000,-/ha, varietas Inpari 4 sebesar Rp. 4.030.000,-/ha dan pendapatan terendah dicapai oleh varietas Cigelis sebesar Rp. 3.780.000,-/ha. Perbedaan tingkat pendapatan disebabkan perbedaan produksi yang dicapai oleh masing-masing VUB.
            Nilai kelayakan usahatani (R/C rasio) menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan layak atau tidak untuk diusahakan. Nilai R/C rasio dari ketiga varietas pada lokasi SLPTT dan lokasi non SLPTT tidak berbeda jauh. Nilai R/C rasio untuk keempat varietas rata-rata mencapai nilai > 1 artinya usahatani padi dengan menggunakan keempat varietas tersebut layak diusahakan. Nilai R/C rasio untuk Inpari 9 lebih besar dari varietas lainnya yaitu 1,42, artinya setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan untuk berusahatani padi di lokasi SLPTT akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,42,-. Usahatani padi menggunakan varietas inpari 9 layak diusahakan karena nilai R/C rasio > 1. Nilai R/C rasio untuk varietas Cigelis lebih kecil dari varietas Inpari 4, Inpari 7 dan inpari 9 yaitu 1,02,- artinya setiap Rp.1,- biaya yang dikeluarkan dalam berusahatani padi pada lokasi SLPTT akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,02,-. Usahatani padi menggunakan varietas Cigelis layak diusahakan karena nilai R/C rasio >1. Sedangakan nilai R/C rasio untuk varietas Ciherang pada lokasi non SLPTT yaitu 0,38,- artinya setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 0,38,-. Nilai R/C rasio < 1 maka usahatani padi menggunakan varietas Ciherang tidak layak untuk diusahakan bahkan akan mengalami kerugian.
KESIMPULAN
            Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Produktivitas meningkat untuk uji VUB yaitu Inpari 4 sebesar 3.100 kg/ha (10,71 %), Inpari 7 sebesar 3.300 kg/ha (17,86 %), Inpari 9 sebesar 3.600 kg/ha (28,57 %) dan Cigelis sebesar 3.000 kg/ha (7,14 %) sedangkan varietas Ciherang sebagai pembanding hanya mencapai 2.800 kg/ha.
2.      Pendapatan meningkat untuk uji VUB yaitu Inpari 4 sebesar Rp. 4.030.000,-/ha (164,26 %), Inpari 7 sebesar Rp. 4.530.000,-/Ha (197,05 %), Inpari 9 sebesar Rp. 5.280.000,-/ha (246,23 %) dan Cigelis sebesar Rp. 3.780.000,-/ha (147,87 %) sedangkan varietas Ciherang sebagai pembanding hanya sebesar Rp. 1.525.000,-/ha.
3.      Usahatani padi untuk uji VUB layak diusahakan karena nilai R/C rasio > 1 yaitu Inpari 4 sebesar 1,08, Inpari 7 sebesar 1,22, Inpari 9 sebesar 1,42 dan Cigelis sebesar 1,02.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-
Ekonomi  Indonesia. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Jakarta.
Peng, S.G.S. 1994. Evaluation of the new plant ideotype for increased yield potential. In:
         K.G.Cassman (Ed). Breaking the Yield Barrier. International Rice Research Institute,   
         Philippines. P.5-20.
Setyanto, P dan R. Kartikawati. 2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi Rendah Emisi Gas
    Metan. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan, Vol 27 (3): 154-163
Sumarno, I.G. Ismail dan S. Partohardjono. 2000. Konsep Usahatani Ramah Lingkungan
          dalam Makarim et al. (Eds). Prosiding Simposium Penelitian Tanaman pangan IV.
          Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan Strategis
          Peningkatan Produksi Pangan. Pusat Penelitian dan pengembangan Tanaman
          Pangan. Bogor
Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki, S.E., Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari,  
         M.Y. Samaullah, dan H. Sembiring. 2009. Deskripsi varietas Padi. Balai Besar
         Penelitian Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 105 halaman.Zaini, Z. 2008. Memacu Peningkatan Produktivitas Padi sawah melalui Inovasi Teknologi          
         Budidaya Spesifik Lokasi dalam Era Revolusi Hijau Lestari.  Majalah Pengembangan
         Inovasi Pertanian Volume 2 (1). Hlm 3.
 WWW.VOANews.Com. Krisis Pangan Ancam Indonesia. Jakarta. Rabu, 02 Maret 2011






Tidak ada komentar:

Posting Komentar